Warning Nabi Pada Umatnya
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Dinukil dari Buku:
“Syirik pada Zaman Dahulu
dan Sekarang” (2/603-625)
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria
Terjemah : Abu Umamah Arif
Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
Warning Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam Pada Umatnya
Segala
puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa
ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya,
kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amal
perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan
barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku
bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali
Allah Shubhanahu wa ta’alla semata,
yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam adalah
hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Upaya
Nabi Membendung Seluruh Pintu-Pintu Kesyirikan:
Didalam
pembahasan ini mempunyai beberapa sub judul yang saling terkait, yaitu:
1.
Upaya Nabi membendung seluruh
pintu-pintu kesyirikan yang berkaitan dengan Dzat yang diibadahi, nama-nama -Nya,
sifat-sifat -Nya, dan seluruh perbuatan -Nya.
2.
Upaya Nabi membendung seluruh
pintu-pintu kesyirikan yang berkaitan dengan peribadahan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla
dan bermuamalah dengan -Nya.
3.
Upaya Nabi menutup sarana-sarana
lisan ataupun perbuatan yang mengakibatkan terjadinya kesyirikan, lebih khusus
kepada syirik ashghar, dan keluarnya peringatan dari Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
4.
Penjelasan atas syubhat bahwa
umat ini tidak akan terjerumus dalam kesyirikan serta bantahannya.
Pembahasan Pertama
Upaya Nabi Membendung
Seluruh Pintu-pintu Kesyirikan yang Berkaitan Dengan Dzat yang di ibadahi,
Nama-nama -Nya, Sifat-sifat -Nya, dan Seluruh Perbuatan -Nya.
Pembahasan ini membawahi dua sub
pembahasan :
Pertama:
Upaya untuk menutup seluruh pintu-pintu kesyirikan yang berupa ta’thil.
Sebelumnya,
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
telah menerangkan pada kita tentang hakekat kesyirikan, memperingatkan,
melarang darinya, menjelaskan jenis-jenisnya, dan bahayanya bagi manusia, serta
akibatnya yang begitu menyakitkan di dunia dan di akhirat. Hal tersebut beliau lakukan dikarenakan kekhawatiran Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
terhadap umatnya agar tidak terjerumus dalam kesyirikan, sebagaimana telah
berlalu penjelasannya pada pasal pertama. Selain itu Nabi juga menjelaskan dan
melarang seluruh hal yang dapat mendekatkan kepada syirik. Atau segala hal yang
dapat sebagai penutup celah kesyirikan kepada Allah ta’ala. Sebagai bentuk penjagaan
terhadap tauhid, dan penutup celah bagi seluruh bentuk-bentuk kesyirikan.
Dari
sisi ini, kita melihat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam begitu keras usahanya menutup seluruh pintu-pintu
kesyirikan dalam bentuk ta’thil (pengingkaran). Baik dalam nama-nama
Allah Shubhanahu wa ta’alla atau
sifat-sifat -Nya, ataukah dalam perbuatan-perbuatan -Nya. Termasuk dalil-dalil
yang paling penting dalam hal ini yaitu penjelasan Nabi mengenai tauhid
rububiyah, dan pendalilannya terhadap tauhid uluhiyah.
Penyebutan ini dimaksudkan agar setiap jiwa siap menjawab panggilan fitrah dan
akalnya dalam bab ini.
Sesungguhnya
kesyirikan dalam jenis ini, walaupun belum tersebar secara meluas pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam,
namun, beliau menjelaskannya agar bisa dijadikan sebagai acuan bagi umatnya.
Agar mereka tidak terjatuh di dalamnya, atau untuk menghadapi orang-orang yang
terkena ujian, dengan terjatuh dalam lembah kesyirikan. Karena akan datang
zaman dimana umat ini akan terjatuh dalam kesyirikan, sebagaimana keadaan zaman
kita ini. Yang mana banyak tersebar kemurtadan, dan pengingkaran terhadap
rububiyah Allah ta’ala, seperti yang terjadi pada pengikut paham komunisme,
wujudiyun, sekulerisme yang ingkar, dan orang-orang pengikut paham materialisme
yang mengingkari setiap hal yang tidak bisa dilihat. Oleh karena itu, termasuk
hal yang sangat urgen adalah memperhatikan jenis tauhid ini.
Maka
Pada kesempatan ini saya akan memaparkan beberapa contoh tentang penjagaan nabi
terhadap tauhid, dan upaya untuk menutup seluruh pintu-pintu kesyirikan bentuk
ta’thil dalam rububiyah.
1.
Disebutkan oleh ayat-ayat
al-Qur’an yang menunjukkan akan hal tersebut. Allah ta’ala berfirman;
﴿
أَمۡ خُلِقُواْ
مِنۡ غَيۡرِ شَيۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ ٣٥ ﴾ ]الطور : 35[
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)”. (QS ath-Thur : 35
Dalam ayat yang lain ;
﴿
أَفِي ٱللَّهِ شَكّ
فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ ﴾ ]إبراهيم
: 10[
"Apakah ada
keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?”. (QS Ibrahim : 10)
2.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menyebutkan adanya perasaan was-was
yang menimpa jiwa manusia, dan isyarat tentang tata cara untuk menghentikan
penyakit yang sangat akut tersebut. Yaitu dengan tidak memberikan kesempatan
bagi perasaan was-was tersebut untuk tumbuh dalam hati. Dan mengarahkan kepada
was-was positif yang diperbolehkan bagi umat ini. Diantara tindakan preventif
tersebut, misalnya ialah:
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ
فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ. فَيَقُولُ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُولُ:
مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ. فَيَقُولُ: اللَّهُ. فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ.
فَلْيَقُلْ: آمَنّا بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ» [أخرجه احمد ]
Sesungghnya setan mendatangi salah seorang dari kalian
dan berkata, ”Siapa yang menciptakan langit? Dijawab, ”Allah”. Lantas setan
bertanya lagi, ”Siapa yang menciptakan bumi?”. Dijawab, ”Allah”. Setan bertanya
lagi, ”Siapa yang menciptakan Allah?”.
Maka katakanlah, ”Kami beriman
kepada Allah dan rasul -Nya”.
Dalam sebuah riwayat disebutkan
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا وجد ذلك أحدكم
فليقل آمنت بالله ورسوله » [أخرجه الطبراني]
”Apabila salah seorang dari
kalian mendapati hal seperti itu maka katakanlah, ”Saya beriman kepada Allah
dan rasul -Nya”.
Dalam riwayat yang lain
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا بَلَغَ
ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
”Apabila sampai pada hal tersebut hendaknya (engkau)
berlindung
kepada Allah dan menghentikannya”.
Disebuah riwayat beliau mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا وجد أحدكم ذلك
فليقل آمنت بالله ورسله » [أخرجه أبو يعلى ]
”Barangsiapa yang mendapatkan hal itu hendaknya mengatakan,”Saya
beriman kepada Allah”.
Dalam redaksi lain, beliau mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا قالوا ذلك
فقولوا { الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد } ثم ليتفل عن
يساره ثلاثا وليستعذ بالله من الشيطان » [أخرجه الترمذي]
”Jika setan
membisiki seperti itu, maka katakanlah “Allahu Ahad, Allahus Shamad, Lam yalid
walam yulad, walam yakun lahu kufuwan ahad”. Kemudian meludah kearah kirinya,
dan meminta perlindungan (isti’adzah, pent.) kepada Allah dari setan".
Perhatikanlah
pembaca yang mulia, bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam menutup pintu ta’thil, dan keraguan pada Rabb seluruh
manusia. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Seorang
lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahu
’alaihi wa sallam sembari berkata, "Wahai Rasulullah! aku mendapati
sesuatu dalam dadaku, yang mana menjadi arang lebih aku senangi daripada
mengatakannya”. Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
mengatakan, "Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan
perasaan was-wasmu ".
Lihatlah
bagaimana tindakan preventif Rasulullah Shallallahu
’alaihi wa sallam dalam mengobati keraguan yang menimpa dalam perkara rububiyah.
Dimana beliau memerintahkan agar mengembalikannya kepada rasa was-was sehingga
tidak menetap di dalam hatinya. Dengan hal ini tertutuplah pintu kesyirikan
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Termasuk
contoh, bentuk penjagaan Rasulullah Shallallahu
’alaihi wa sallam terhadap tauhid asma’ wa sifat dan upaya beliau menyumbat
seluruh jenis kesyirikan ta’thil ialah penjelasan beliau yang lengkap dan komprehensif tentang perkara ini.
Dikatakan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam bukunya al-Hamawiyah
al-Kubro, beliau menjelaskan, ”Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan
petunjuk dan agama yang lurus. Untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya dengan izin Tuhannya, menuju jalan Allah yang Maha perkasa lagi Maha
terpuji.
Bersamaan
dengan hal ini serta yang lainya sangat mustahil beliau meninggalkan bab yang
berkaitan dengan iman kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla, pengetahuan tentang -Nya yang bercampur dan meragukan, dan
tidak membedakan apa yang wajib bagi –Nya dari nama-nama yang baik dan sifat-sifat -Nya yang tinggi, apa yang boleh
dikerjakan, dan apa yang tidak diperbolehkan. Karena pengetahuan tentang hal
tersebut merupakan pokok agama, dan asas hidayah. Termasuk hal yang mustahil
juga ketika Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam sudah mengajari segala sesuatu terhadap umatnya,
sampai-sampai dalam urusan kotoran, akan tetapi meninggalkan pengajaran tentang
apa yang dikatakan oleh umatnya dengan lisan-lisan mereka, yang diyakini oleh
hatinya tentang Rabbnya, dan yang disembahnya yaitu Rabbul ‘alamin. Dimana
pengetahuan tentang hal itu adalah puncak pengetahuan. Dan inilah kesimpulan
dakwah para Nabi, dan intisari risalah ilahiyah”.
Berikut contoh-contoh mengenai
penjelasan ini yang ada dalam al-Qur'an:
Allah ta’ala berfirman;
﴿ وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ
ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ
سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠ ﴾ ]الأعراف
: 180[
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada -Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama -Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS al-A’raf : 180).
Allah ta’ala berfirman;
﴿ قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَٰنَۖ أَيّا مَّا تَدۡعُواْ
فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِهَا
وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلا ١١٠﴾ ]الإسراء : 110[
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (QS al-Isra’ : 110).
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا
وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ
» [أخرجه البخاري ]
“Sesungguhnya
Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya
maka ia akan masuk surga”.
Dalam sebuah hadits disebutkan;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: «مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حَزَنٌ فَقَالَ:
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ, مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ
بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا
مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي
كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ
عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي
وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ
هَمَّهُ وَحُزْنَهُ, وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا » [ أخرجه احمد ]
“Tidaklah ada
sesuatu yang menggelisahkan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim, kemudian
ia membaca doa, ”Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba -Mu, anak hamba -Mu,
dan anak umat -Mu. Keningku berada di tangan -Mu, berlalu hukum -Mu atasku,
yang adil dalam penyelesaiannya. Aku memohon kepada -Mu dengan semua nama yang
Engkau miliki. Yang Engkau namai diri
-Mu dengannya. Atau Engkau turunkan dalam kitabmu. Atau yang Engkau
ajarkan kepada hamba -Mu. Atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi -Mu.
Engkau jadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, dan cahaya bagi
penglihatanku, penerang kesedihanku, dan penghilang kegundahanku”. Kecuali
Allah akan menghilangkan kegundahan, dan kesedihannya, serta mengantikannya
dengan kebahagiaan”.
Nama-nama
Allah Shubhanahu wa ta’alla yang baik
dan sifat-sifat -Nya yang tinggi
terdapat dalam kitab dan sunah tanpa ada yang menyerupai dengan yang lain, dan
tidak menjurus kepada ta’thil dan kekufuran.
Semua ini menjelaskan tentang tauhid
jenis ini, dan upaya menutup seluruh celah menuju kesyirikan.
Kedua:
Upaya Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi
wa sallam untuk menutup seluruh pintu syirik, berupa sesembahan-sesembahan
dalam rububiyah dan kekhususan Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Di antara contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam tentang kekhususan rububiyah, dan penafian yang beliau sampaikan dan
dari seluruh makhuk. Hal itu, baik yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an
ataupun dalam hadits-haditsnya. Di antaranya :
a. Firman
Allah azza wa jalla:
﴿ قُلۡ إِنِّي لَآ أَمۡلِكُ لَكُمۡ ضَرّا وَلَا رَشَدا ٢١
قُلۡ إِنِّي لَن
يُجِيرَنِي مِنَ ٱللَّهِ أَحَد وَلَنۡ أَجِدَ مِن دُونِهِۦ مُلۡتَحَدًا ٢٢
﴾ ]الجن : 21-22[
“Katakanlah:
"Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun
kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan" Katakanlah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari
(azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain
daripada -Nya" (QS al-Jin : 21-22).
b. Firman
Allah jalla wa ‘ala:
﴿ قُلۡ فَمَن يَمۡلِكُ لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيًۡٔا إِنۡ أَرَادَ بِكُمۡ
ضَرًّا أَوۡ أَرَادَ بِكُمۡ نَفۡعَۢاۚ بَلۡ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرَۢا
١١ ﴾ ]الفتح : 11[
“Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan)
yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan
bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS al-Fath : 11).
c. Ayat
Allah ta’ala yang berbunyi:
﴿
قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمۡ عِندِي خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعۡلَمُ
ٱلۡغَيۡبَ ﴾ ]الأنعام : 50[
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu,
bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang
ghaib”. (QS al-An’am : 50).
d. Firman
Allah ta’ala:
﴿
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ ﴾ ]الأنعام : 59[
“Dan pada sisi Allah -lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”. (QS al-An’am
: 59).
e. Allah
azza wa jalla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿
قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ
ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ
ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِير وَبَشِير لِّقَوۡم يُؤۡمِنُونَ ١٨٨ ﴾ ]الأعراف : 188[
“Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS
al-A’raf : 188).
f. Firman
Allah ta'ala yang mengabadikan ucapan nabi Nuh ‘alaihi salam:
﴿
وَلَآ أَقُولُ لَكُمۡ عِندِي خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ ﴾ ]هود : 31[
“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa):
"Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada
mengetahui yang ghaib". (QS Hud : 31).
g. Firman
Allah ta’ala:
﴿
قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا
ٱللَّهُۚ ﴾ ]النمل : 65[
“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di
langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah".
(QS an-Naml : 65).
Demikian pula terdapat hadits-hadits Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
yang menerangkan tindakan preventif guna mencegah perbuatan syirik. Di
antaranya :
1. Sabda
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam yang berbunyi:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ »
[أخرجه البخاري ومسلم ]
“Tidak ada
penyakit yang menular dengan sendirinya dan tidak ada thiyarah (percaya
terhadap mitos, pent).
2. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam ketika
keluar menemui sahabatnya yang sedang berselisih mempermasalahkan takdir:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ألهذا خلقتم أم بهذا أمرتم! لا تضربوا كتاب
الله بعضه ببعض انظر
ما أمرتم به فاتبعوه و ما نهيتم عنه فاجتنبوه
» [أخرجه البخاري ]
“Apakah
karena permasalahan ini (takdir) kalian diciptakan, apakah dengan ini kalian
diperintahkan?! Janganlah kalian mempertentangkan al-Qur’an satu dengan yang
lain. Lihatlah apa yang diperintahkan untuk kalian maka ikutilah, dan lihatlah
apa yang dilarang bagi kalian kemudian jauhilah”.
3.
Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ
لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ » [أخرجه البخاري ]
“Kunci-kunci
perkara gaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah”.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عز وجل: الْعَظَمَةُ
إِزَارِي والْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا
أَدْخَلْتُهُ جَهَنَّمَ » [أخرجه مسلم]
”Allah ta’ala berfirman : “Kemuliaan adalah
izarku, dan kesombongan adalah selendangku, barangsiapa yang menggunakan salah
satunya akan Aku adzab”.
4.
Perkataan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
“Sesungguhnya orang
yang paling dahsyat adzabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang
menggambar makhluk bernyawa”.
5.
Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ خَلْقًا كَخَلْقِى فَلْيَخْلُقُوا
ذَرَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوا حَبَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوا شَعِيرَةً » [أخرجه البخاري
ومسلم]
“Allah azza wa jalla berfirman dalam hadits
qudsi, "Siapakah yang lebih dzalim dibandingkan orang yang membuat sesuatu
menyerupai ciptaan -Ku (makhluk bernyawa, pent). Hendaknya ia membuat jagung,
atau biji, atau gandum".
6.
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam ketika mendengar seorang budak wanita mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « و فينا نبي يعلم ما
في غد. لا تقولي هكذا و قولي ما كنت تقولين »
[أخرجه البخاري ]
“Di antara kami ada seorang nabi yang mengetahui
apa yang akan terjadi pada hari esok”. Rasulullah menimpali, ”Jangan berkata
seperti itu, tapi berkatalah sebagaimana biasanya”.
Ini adalah beberapa contoh yang menunjukan tindakan preventif
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam dalam membendung seluruh pintu-pintu kesyirikan yang berupa membuat
sekutu bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
rububiyah. Di sana ada contoh yang lain, seperti larangan dari thiyarah
(percaya mitos), ramalan bintang, sihir, memakai jimat dan rukyah yang
dilarang, meminta hujan kepada bintang. Seluruhnya merupakan upaya Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
untuk menutup seluruh pintu-pintu kesyirikan yang berupa pernyekutuan terhadap Allah
Shubhanahu wa ta’alla dalam
rububiyah. Sudah berlalu penjelasannya dan pendalilannya atas hal itu dari
sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi
wa sallam dalam pasal pertama. Maka tidak kami ulas
kembali pada pasal ini.
Pembahasan Kedua
Upaya Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam membendung seluruh pintu-pintu kesyirikaan yang berkaitan
dengan peribadahan kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla dan bermuamalah kepada
-Nya.
Di antara
bentuk-bentuk upaya yang beliau lakukan adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam telah
melarang untuk menyanjung dirinya secara berlebih-lebihan, yang dapat mengakibatkan
peribadahan kepada dirinya. Beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تُطْرُونِي كَمَا
أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ. فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ » [أخرجه البخاري ]
"Janganlah
kalian memujiku secara berlebih-lebihan sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang Nasrani terhadap Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka
panggilah, "Hamba Allah dan rasul -Nya".
Berlebih-lebihan dalam pengagungan terhadap Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
menyebabkan hati merasa takut, dan berharap terhadap beliau. Maka hal itu
memalingkan suatu hak yang seharusnya menjadi milik Allah ta’ala.
2. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam melarang
untuk membuat bangunan di atas kuburan dan menjadikannya sebagai hari perayaan,
begitu juga beliau melarang menjadikannya sebagai masjid. Tatkala Ummu Salamah
radhiyallahu 'anha menceritakan bahwa ia melihat gereja di Habasyah yang di
dalamnya banyak terdapat gambar-gambar, maka beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ
فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ
مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ
اللَّهِ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Mereka
adalah suatu kaum yang apabila ada orang shaleh yang meninggal, segera
membangun masjid di atas kuburannya dan menggambar gambarnya. Merekalah makhluk
yang paling jelek di sisi Allah".
Sebelum meninggal, tepatnya lima hari sebelumnya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللهِ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِي
خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي
خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ
مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ » [أخرجه مسلم]
“Sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar
menjadikan bagiku seorang kekasih di antara kalian. Allah telah menjadikanku
kekasih -Nya sebagaimana Dia
menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Andai saja aku boleh mengambil seorang
kekasih dari umatku, tentu akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.
Ketahuilah, orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan nabi-nabi mereka
sebagai masjid. Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Aku
melarang hal tersebut".
Dalam sebuah riwayat Beliau
melarang kita semua dengan sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ
قُبُورًا وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ
صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُم » [أخرجه أحمد]
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian
seperti kuburan, dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai id. Bershalawatlah
kalian kepadaku! Sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku dimanapun kalian
berada”.
Dalam
hadits lain Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam melarang untuk mengapur kuburan, sebagaimana diberitakan
oleh Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, "Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam melarang
untuk mengapur kubur, duduk diatasnya, serta membikin bangunan di atasnya.”
Begitu juga beliau melarang shalat di samping kubur. Baik kuburan tersebut di
dalam masjid ataupun diluarnya. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تَجْلِسُوا عَلَى
الْقُبُورِ وَلاَ تُصَلُّوا إِلَيْهَا » [ أخرجه البخاري ومسلم ]
"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan
jangan shalat menghadap kepada kuburan".
Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
melarang dari hal-hal tersebut secara keseluruhan yang menyebabkan pengagungan
terhadap kuburan. Agar tidak menyebabkan peribadahan kepada kuburan itu, dan
meminta kebutuhan-kebutuhan kepada orang-orang mati. Hal itu menunjukkan bahwa
inilah yang dimaksudkan dengan apa yang ditunjukkan oleh perbuatan umat-umat
terdahulu. Dan juga, hal ini adalah pokok permulaan terjadinya syirik dalam
kehidupan manusia sebagaimana telah lewat penjelasannya .
Imam Ibnu
Qudamah
memberikan alasan terhadap larangan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam agar tidak menjadikan kuburan sebagai
masjid atau mushalla. Beliau menjelaskan, "Karena mengkhususkan kuburan
untuk shalat di sana, telah menyerupai pengagungan terhadap berhala dengan
bersujud dan mendekatkan diri kepadanya. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa
awal mula peribadahan terhadap berhala adalah pengagungan terhadap mayit.
Dengan cara menjadikannya dalam bentuk gambar-gambar, dan shalat di sisi
kuburannya".
3. Larangan
untuk memenuhi nadzar dengan menyembelih kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla di tempat yang biasa digunakan untuk
menyembelih kepada selain -Nya. Atau tempat perayaan-perayaan jahiliyah.
Dari Tsabit bin Dhahak,
ia berkata,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « نَذَرَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَنْحَرَ إِبِلا بِبُوَانَةَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: هَلْ كَانَ فِيهَا
وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يَعْبُدُ ؟ ، قَالُوا : لاَ قَالَ : فَهَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ
أَعْيَادِهِمْ ؟ ،
قَالُوا : لاَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَوْفِ بِنَذْرِكَ ، فَإِنَّهُ لاَ وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلا
فِيمَا لاَ يَمْلِكُ ابْنُ آدَمَ » [أخرجه البخاري ]
"Ada seoang lelaki yang bernadzar untuk
menyembelih onta di Buwanah.
Lalu lelaki itu bertanya kepada nabi. Beliau menjawab, ”Apakah di sana
terdapat berhala-berhala jahiliyah yang disembah? Mereka menjawab,
"Tidak". Rasulullah melanjutkan pertanyaannya, "Apakah tempat
itu digunakan sebagai ied (perayaan) dari perayaan mereka? Mereka menjawab,
"Tidak". Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda: "Laksanakan
nadzarmu, karena tidak boleh melaksanakan nadzar dalam rangka kemaksiatan
kepada Allah dan hal yang tidak sanggup dilakukan oleh anak Adam".
Sabdanya
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam diakhir hadits ini, "Karena
tidak boleh melaksanakan nadzar dalam rangka kemaksiatan keapada Allah".
Memberikan sebuah pelajaran bahwa pelaksanaan nadzar di tempat yang terdapat
perkara jahiliyah merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah azza wa jalla. Maka
dalam hal ini terkandung isyarat adanya upaya beliau untuk menutup celah
terjadinya perbuatan syirik, dan menjauhkan kaum muslimin agar tidak
bertasyabuh (menyerupai) dengan orang-orang musyrik dalam mengagungkan
berhala-berhala mereka.
4. Larangan
shalat ketika matahari terbit dan ketika matahari tenggelam. Sebagai tindakan
preventif bagi ibadah sholat dan orang yang mengerjakan shalat di kalangan
muslimin dari menyerupai orang-orang kafir. Tatkala mereka sujud terhadap
matahari, dan ibadah yang mereka kerjakan pada matahari, dan setan.
Di antara contohnya adalah sabda
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam yang berkaitan dengan masalah ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « صَلِّ صَلَاةَ الصُّبْحِ, ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلَاةِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِينَ تَطْلُعُ بَيْنَ
قَرْنَيْ شَيْطَانٍ, وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ..... حَتَّى تُصَلِّيَ
الْعَصْرَ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلَاةِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَإِنَّهَا
تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّار » [أخرجه البخاري ]
"Shalatlah
subuh, kemudian tahanlah untuk tidak melakukan shalat ketika matahari terbit
hingga meninggi, karena matahari terbit di antara dua tanduk setan. Ketika itu
kaum kafir bersujud kepada matahari (hingga sabda beliau) Sampai engkau shalat
Ashar, kemudian tahanlah untuk tidak melakukan shalat hingga matahari
tenggelam. Karena matahari terbenam di antara dua tanduk setan. Dan ketika itu
kaum kafir biasa sujud kepadanya".
5. Larangan
agar tidak shalat menghadap pada sesuatu yang di ibadahi selain Allah Shubhanahu wa ta’alla. Dan dianjurkan bagi
orang yang shalat menghadap ke tiang atau batang kayu, atau pohon, agar
menjadikannya di sebelah sampingnya. Dan tidak menuju langsung ke arahnya.
Sebagai upaya agar tidak bertasyabuh dengan cara sujud kepada selain Allah
ta’ala.
6. Perintah
untuk menghancurkan kubah dan masjid yang dibangun di atas kuburan serta
perintah untuk meratakannya. Di antaranya adalah apa yang dikatakan oleh Abul
Hayaj al-Asadiy,
ia berkata, "Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah berpesan
kepadaku, "Maukah engkau aku utus dengan perintah yang dititahkan kepadaku
oleh Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
sallam. Yaitu janganlah engkau tinggalkan berhala kecuali engkau hancurkan,
dan kuburan yang tinggi kecuali engkau ratakan".
7. Peringatan
keras terhadap praktek ziarah kubur dengan maksud untuk shalat di masjid yang
dibangun di atas kuburan, atau berdoa di sisi kubur, dengan sangkaan bahwa hal
ini membuat doa lebih cepat untuk dikabulkan, atau dengan maksud mencari
berkah, atau menjadikannya sebagai hari perayaan, atau pergi berhaji ke kuburan
dengan secara sengaja sambil menyiapkan bekal perjalanan menuju kuburan
tersebut. Termasuk juga berziarah dengan maksud untuk beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla di sisi kuburan,
dengan melakukan segala bentuk ibadah seperti menyembelih, bernadzar, iktikaf,
membaca al-Qur’an, atau yang lainnya. Sebab semua itu termasuk kategori sebab
terbesar terjadinya penyembahan dan peribadatan padanya .
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ
إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: المَسْجِدِ الحَرَامِ, وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَمَسْجِدِ الأَقْصَى » [أخرجه البخاري ]
"Tidak diperbolehkan secara sengaja melakukan
ziarah kecuali ke tiga masjid, Masjidil haram, Masjid Rasulullah (Nabawi), dan
Masjidil Aqsha".
Masuk
dalam larangan ini adalah ziarah kubur dan tempat-tempat bersejarah. Lafadz di
atas bisa masuk dalam larangan atau penafian. Ada riwayat lain
yang menerangkan dengan lafadz larangan. Sehingga redaksi tersebut menjadi
jelas menunjukkan pada larangan. Oleh karena itu para sahabat memahaminya
sebagai larangan. Sebagaimana tertera dalam al-Muwatha’, al-Musnad, dan
as-Sunan dari Bashrah bin Abi Bashrah al-Ghifari,
bahwasanya ia berkata kepada Abu Hurairah dimana ia baru pergi dari bukit Thur,
"Seandainya aku menemuimu sebelum engkau pergi ke bukit itu niscaya engkau
tidak akan pergi. Aku mendengar Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ
إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: المَسْجِدِ الحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى » [أخرجه البخاري ]
"Janganlah engkau sengaja menyiapkan
tunggangan untuk pergi kecuali ke tiga masjid, Masjidil haram, Masjidku ini dan
Masjidil Aqsha"
Pembahasan Ketiga
Tindakan preventif yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam untuk
menutup sarana perbuatan syirik yang muncul baik dari lisan ataupun perbuatan
-lebih khusus syirik kecil-
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam telah melarang segala sesuatu yang
menyebabkan seorang hamba mempunyai persangkaan yang buruk terhadap Rabbul
‘alamin, dan pengagungan yang tidak semestinya kepada -Nya. Sebagaimana beliau
juga melarang dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang ada di dalamnya
unsur penyamaan antara Allah Shubhanahu
wa ta’alla
dan makhluk -Nya. Walaupun orang yang melakukannya tadi tidak bermaksud untuk
menyamakannya. Dan berikut akan saya sebutkan pembahasannya dalam beberapa sub
pembahasan.
Sub pembahasan awal: Peringatan Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam terhadap umatnya agar tidak terjatuh
dalam syirik kecil yang berkaitan dengan lisan. Diantara contoh yang
berkaitan dengan masalah ini ialah:
1.
Bersumpah dengan selain nama Allah tabaraka wa ta'ala . Banyak sekali larangan yang datang
dari Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam berkaitan dengan sumpah yang diucapkan dengan menyebut nama selain
nama Allah Shubhanahu
wa ta’alla,
yang tertera dalam sabda-sabdanya. Misalnya
a.
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « أَلاَ إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ
فَمَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ وَإِلَّا فَلْيَصْمُت »
[أخرجه البخاري ومسلم]
"Ketahuilah! Sesungguhnya Allah melarang kalian untuk
bersumpah atas nama bapak-bapak kalian. Barangsiapa yang ingin bersumpah,
hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah atau sebaiknya diam".
b. Rasulallah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ » [ أخرجه
البخاري ]
”Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla melarang kalian
untuk bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian".
c. Beliau juga pernah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلَا يَحْلِفْ إِلَّا بِاللَّهِ » [ أخرجه
البخاري ومسلم ]
"Barangsiapa yang ingin bersumpah, janganlah ia bersumpah
kecuali dengan nama Allah".
d. Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لَا تَحْلِفْ بِأَبِيكَ فَإِنَّهُ مَنْ حَلَفَ
بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كفر أو أَشْرَكَ » [أخرجه أحمد]
"Janganlah kalian
bersumpah dengan nama bapak kalian. Karena sesungguhnya orang yang bersumpah
dengan selain nama Allah telah berbuat kufur atau syirik".
e. Dalam hadits
yang lain Rasulullah Shallallahu ’alaihi
wa sallam menegaskan,
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لَا تَحْلِفُوا بِالطَّوَاغِيتِ ولا بِآبَائِكُمْ » [أخرجه مسلم
]
"Janganlah kalian
bersumpah dengan nama-nama thaghut dan nama bapak-bapak kalian".
f. Dalam
redaksi yang lain Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam mengatakan,
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لاَ تحلفوا بآبائكم ولا بأمهاتكم ولا بالأنداد » [أخرجه أبو داود والنسائي]
"Janganlah kalian
bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian, atau ibu-ibu kalian, dan sesembahan-sesembahan
selain Allah".
g. Dalam kesempatan yang lain Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wa sallam juga
memperingatkan dengan sabdanya:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « مَنْ حَلَفَ بِالْأَمَانَةِ فَلَيْسَ مِنَّا » [ أخرجه
البخاري ]
"Barangsiapa bersumpah
dengan amanah, maka bukan termasuk golongan kami".
h. Beliau
juga pernah bersabda;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « مَنْ حَلَفَ مِنْكُمْ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: بِاللَّاتِ
وَالعُزَّى,
فَلْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّه » [أخرجه البخاري]
"Barangsiapa yang bersumpah dan
berkata dalam sumpahnya, "Demi Latta dan Uzza". Maka hendaklah ia berkata, "Laa ilaha
illallah".
Kemudian ada seorang Yahudi yang datang kepada
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam sembari berkata, "Sesungguhnya kalian berbuat syirik….kalian
berkata, "Demi Ka’bah". Maka Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan mereka apabila ingin
bersumpah untuk berkata, "Demi Rabb Ka’bah".
Inti dari penjelasan riwayat-riwayat diatas ialah penjelasan
tindakan preventif yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam agar umatnya tidak terjerumus dalam
lembah syirik.
2.
Mempersekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan seseorang
walaupun hanya sekadar ucapan.
Banyak
larangan yang ada mengenai cara penyekutuan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan cara seperti ini, yaitu yang ada dalam
ucapan, walaupun tidak dimaksudkan untuk menyekutukan Allah ta'ala .
Misalnya :
a. Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لَا تَقُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ فُلَانٌ وَلَكِنْ
قُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ » [أخرجه أبو داود]
"Janganlah kalian mengucapkan,
"Ini karena kehendak Allah dan kehendak fulan". Akan tetapi ucapkanlah,
"Ini karena kehendak Allah kemudian karena kehendak fulan".
b. Pernah
suatu ketika ada seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam lalu mengatakan, "Sesungguhnya
kalian berbuat syirik dengan berkata Ini karena kehendak Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
kehendakmu". Maka Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berkata, "Ini karena
kehendak Allah Shubhanahu wa ta’alla
kemudian karena kehendakmu".
c. Sabda
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « إنكم قلتم كلمة كان يمنعني كذا و كذا أن أنهاكم عنها قال رسول فلا
تقولوا : ما شاء الله و شاء محمد و لكن قولوا : ما شاء الله وحده» [أخرجه أحمد]
"Sesungguhnya kalian mengatakan sebuah
kalimat yang dahulu aku terhalang karena suatu hal untuk melarangnya. Maka
janganlah kalian mengatakan, "Ini karena kehendak Allah dan kehendak
Muhammad, akan tetapi katakan, "Ini karena kehendak Allah saja".
d. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam kepada
orang yang berkata kepadanya,
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : « ما شاء الله وشئت. قال: أجعلتني لله ندا بل ما شاء الله وحده »
[ أخرجه أحمد ]
"Ini karena kehendak Allah dan kehendakmu". Nabi menukas, "Apakah engaku menjadikan
aku sekutu bagi Allah? Katakan Ini karena kehendak Allah semata".
Dalam redaksi lain disebutkan;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « أجعلتني لله عدلا بل ما شاء الله وحده » [ أخرجه البخاري ]
"Apakah engkau ingin menjadikan aku sepadan dengan Allah, akan
tetapi katakan, "Ini karena kehendak Allah semata".
Maksud dari pemaparan riwayat-riwayat
diatas ialah penjelasan mengenai peringatan keras yang dilakkukan oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
agar umatnya tidak terjerumus dalam berbagai jenis syirik asghar (kecil).
3.
Adanya peringatan keras untuk tidak
mengerjakan syirik kecil yang terkandung didalamnya bentuk penentangan terhadap
kekhususan yang dimiliki oleh Allah azza wa jalla secara jelas, walaupun tidak
dimaksudkan seperti itu. Di antara contohnya adalah:
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « إن أخنع الأسماء عند الله رجل يسمى بشاهان شاه - أي
ملك الملوك- لا ملك إلا الله » [رواه
مسلم]
"Sesungguhnya sejelek-jelek nama di
sisi Allah adalah seseorang yang bernama
"Syahan Syah" yang berarti raja diraja, tidak ada raja selain
Allah". (HR. Muslim)
Dalam sebuah lafadz dikatakan,
"Orang yang paling membuat Allah Shubhanahu
wa ta’alla marah adalah seseorang yang
bergelar raja diraja".
Dalam sebuah hadits Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ: أَطْعِمْ رَبَّكَ وَضِّئْ رَبَّكَ اسْقِ رَبَّك وَلْيَقُلْ: سَيِّدِي مَوْلاَيَ وَلاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ : عَبْدِي أَمَتِي وَلْيَقُلْ: فَتَايَ وَفَتَاتِي وَغُلاَمِي » [ أخرجه البخاري ومسلم ]
"Janganlah
salah seorang dari kalian mengatakan, "Beri makan rabbmu (tuanmu, pen),
wudhuilah rabbmu (tuanmu, pen). Katakanlah, "Sayyidku dan Maulaku".
Dan jangan katakana, "Hamba laki-lakiku, hamba perempuanku".
Hendaklah mengatakan, "laki-lakiku, perempuanku, dan anak kecilku".
4. Peringatan
dari menyandarkan beberapa kejadian-kejadian kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, karena menyerupai
penentangan terhadap takdir.Di antara bentuk-bentuknya adalah:
Rasulallah Shallallahu ’alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ. وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا
تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا
تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ »
[ أخرجه مسلم ]
“Mukmin yang kuat
lelbih baik daripada mukmin yang lemah, kedua-duanya memiliki kebaikan. Dan
bersemangatlah terhadap hal yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada
Allah dan jangan lemah. Apabila kau ditimpa sesuatu jangan kau
katakan,”Seandainya aku tadi berbuat begini dan begini”. Akan tetapi katakanlah
Ini adalah takdir Allah dan Dia berbuat sesuai yang dikehendaki -Nya. Karena
kata “seandainya” bisa membuka pintu masuk bagi perbuatan setan".
Begitu juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: -و ذكر منهن-
الْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُوم »
[ أخرجه البخاري ]
"Ada empat hal dari perkara
jahiliyah yang ada pada umatku, beliau menyebutkan di antaranya : Meminta hujan
kepada bintang-bintang".
Dalam riwayat lain disebutkan,
"Ada tiga hal yang aku takutkan untuk umatku,yaitu, Meminta hujan
kepada bintang-bintang...".
Sub
Pembahasan Kedua: Peringatan Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam terhadap
umatnya agar tidak terjerumus dalam syirik asghar yang berkaitan dengan
perbuatan. Dan bentuknya sangat beraneka ragam, di antaranya yaitu mempercayai
mitos (tathayur), membenarkan dukun, peramal, dan memakai gelang atau tali
(untuk tolak bala, pen), dan lain-lain.
Maka datang peringatan dari Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam agar tidak terjatuh dalam hal-hal tersebut.
1.
Dimana beliau bersabda, "Mempercayai
mitos adalah syirik.". Nabi mengatakannya tiga kali. Lalu Rawi berkata,
"Tidak ada seorangpun yang selamat darinya. Akan tetapi Allah Shubhanahu wa ta’alla melenyapkannya
dengan tawakkal".
2.
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam;
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلَا تُطُيِّرَ لَهُ وَلَا
تَكَهَّنَ وَلَا تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَه » [أخرجه البخاري ]
"Bukan termasuk
golongan kami barangsiapa yang mempercayai mitos (tathayur, pen), meminta
tathayur, meramal atau minta diramal, menyihir atau minta disihirkan".
3.
Dalam redaksi lain Rasulallah Shallallahu ’alaihi wa sallam juga
bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ » [ أخرجه
ابن عبد البر ]
"Sesungguhnya ruqyah, tamimah (jimat),
dan tiwalah adalah syirik".
4.
Dalam hadits lain Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « أخاف على أمتي ثلاثا: حيف الأئمة وإيمانا بالنجوم وتكذيبا بالقدر» [ أخرجه
البخاري ]
"Ada tiga
hal yang paling aku takutkan atas umatku, yaitu, Kelaliman para pemimpin,
mempercayai bintang, dan mendustakan takdir".
5.
Beliau juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن مما أخاف على أمتي:
التصديق بالنجوم وتكذيبا بالقدر وحيف الأئمة » [أخرجه عبد بن حميد وهو مرسل ]
"Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku, yaitu, mempercayai
bintang, mendustakan takdir, dan kelaliman paraa pemimpin".
6.
Dalam kesempatan lain Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ
وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ. وفي رواية: وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غُولَ »[ أخرجه
البخاري ومسلم ]
"Tidak
ada penyakit menular (dengan sendirinya, pen), tidak ada thiyarah, tidak ada
merasa sial dengan burung (hammah), dan merasa sial dengan bulan Safar". Dalam
riwayat lain, "Tidak ada hantu, dan tidak ada Ghaul (jin, pent)".
7.
Demikian pula Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam juga
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: « مَنْ سحر فَقَدْ أَشْرَكَ » [ أخرجه أحمد ]
"Barangsiapa yang
berbuat sihir maka ia telah berbuat syirik".
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya. Bab ini sangatlah luas,
dan telah berlalu penjelasan mengenai beberapa hadits yang berkaitan dengan
masalah ini.
Sub
Pembahasan Ketiga: Peringatan Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam terhadap
umatnya agar tidak terjerumus dalam syirik asghar yang berkaitan dengan amalan
hati. Di antara bentuk- bentuknya yaitu:
Pertama:
Riya.
Di mana Nabi Muhammad Shallallahu ’alahi
wa sallam merasa takut umatnya terjangkiti virus riya ini yang mencokol didalam
hati. Beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ الشِّرْكِ الأَصْغَر. فسئل عنه فقال: الرِيَا » [ أخرجه البخاري ]
"Sesungguh sesuatu yang paling aku
takutkan menimpa umatku adalah syirik kecil. Kemudian beliau ditanya lalu
beliau menjawab, "Yaitu Riya".
Dalam redaksi lain Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam juga
bersabda, "Sesungguhnya kecilnya riya’ itu syirik".
Begitu juga Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam pernah menjelaskan dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ» [أخرجه مسلم ]
"Allah
tabaraka wa ta'ala berfirman dalam hadits qudsi; "Aku tidak membutuhkan
sekutu-sekutu yang dijadikan untuk menandingi -Ku. Barangsiapa yang melakukan
suatu amalan kemudian ia menyekutukanku pada amalan itu, maka Aku tinggalkan ia
dan sekutunya".
Dan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah ini sangatlah banyak.
Kedua: Masuk dalam jenis ini pula ialah seseorang
yang beramal shaleh untuk menginginkan dunia.
Dan telah diperingatan dari Nabi Muhammad Shalalallahu 'alaihi wa sallam terhadap jenis syirik kecil yang
berkaitan dengan hati. Hadits yang masyhur dalam membahas permasalahan ini
adalah sebagai berikut:
1. Sabda
Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa
sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ
وتعس َعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَتعس عَبْدُ الخَمِيصَةِ و تعس عبد الخميلة..» [ أخرجه
البخاري ]
"Celaka
hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khamishah, celaka hamba khamilah".
2. Dalam
hadits lain Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا
مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ
عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَة » [أخرجه البخاري ]
"Barangsiapa
mempelajari suatu ilmu yang seharusnya dipelajari untuk mencari wajah Allah.
Namun ia tidak mempelajarinya kecuali hanya untuk mendapat bagian dari dunia,
maka ia tidak akan mencium baunya surga pada hari kiamat".
Dan hadits-hadits yang berkaitan dengan pembahasan ini sangatlah
banyak sekali.
Maksud dari pembahasan ini ialah menjelaskan
bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi
wa sallam begitu mengkhawatirkan umatnya akan terjatuh ke dalam syirik
akbar (besar) dengan seluruh bentuk-bentuknya. Begitu juga beliau
mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalam syirik asghar (kecil) dengan seluruh jenisnya.
Berangkat dari hal inilah beliau memperingatkan umatnya agar tidak terjatuh
dalam syirik asghar. Kemudian beliau menyebutkan contoh-contoh dari jenis-jenis
kesyirikan tersebut. Supaya umatnya tidak terjatuh kedalam kesyirikan
sebagaimana umat-umat terdahulu. Seperti seorang ayah yang menyayangi umatnya,
dan berbelas kasih saat umatnya tertimpa kesusahan.
Disamping peringatan yang keras dari Nabi
Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam
agar umatnya tidak terjatuh dalam berbagai jenis kesyirikan, selanjutnya datang
kabar gembira tentang adanya suatu kelompok dari kalangan umatnya yang tetap berada
di atas kebenaran. Jauh dari kesyirikan dengan segala bentuk dan jenisnya.
Mereka adalah ath-Thaifah al-Manshurah wan Najiyah (Kelompok yang
ditolong dan golongan yang selamat dari api nerakan, pent). Dimana Beliau
mengisyaratkan dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يَزَالُ نَاسٌ مِنْ
أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ » [ أخرجه
البخاري ]
"Akan senantiasa
ada segolongan dari umatku yang tegak di atas kebenaran sampai datang perintah
Allah. Dan mereka tetap tegak".
Dalam redaksi lain Nabi Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يَزَالُ طائفةٌ مِنْ
أُمَّتِي مَنْصُورين لَا يَضرهم مَن خَذَلّهم حَتى تَقُومُ السَاعَةُ » [ أخرجه
الترمذي ]
"Akan senantiasa ada
segolongan umatku yang ditolong oleh Allah, sehingga tidak membahayakan mereka
orang-orang yang menghinakannya hingga datang hari kiamat".
Para ulama mengatakan mereka adalah
orang-orang yang berpegang teguh dengan hadits dan atsar.
Mereka tidak menyekutukan Allah Shubhanahu
wa ta’alla dengan adanya berita gembira ini.